Rabu, 15 April 2015

Kata Mutiara nan puitis tentang Rindu yg terpendam

    

Kata Mutiara Rindu
Barangkali aku lupa menuliskan namamu; dalam puisiku, hingga rindu menjadi nomor satu. Setelahnya cinta menjadi spasi dalam puisi itu
Kata Mutiara Rindu
 Kekasih? Di tepian dermaga duka, aku menantimu tiada jera. Sebab aku pemuja setia, meski bayangmu tak merupa.
 Seiring malam yang berdiam, larut kata-kata dalam ucapan. Dari sekian kata yang ingin kusampaikan, hanya satu kata “rindu” yang tertuliskan
 Rindu, harus berapa lama aku menunggu? Sejak temu menjadi buaian semu, dan sua belum bertatap mata. Hingga kini kau menjadi rindu semata
 aku merasakannya cinta, meski rasa kau curah dalam puisi kelana. Kuharap rindu kita semata, dalam cinta yang di ridhoi Tuhan kita
 Kelam disetiap sudut, seperti hatiku yang terasa kelabu. Malam ini hujan turun diantara isakku, aku tak tahu tentang apa yang kusebut rindu
 Aku lelah, aku ngantuk. Biarkanku lena di pangkuanmu, lelap dalam dekapmu. Bangunkan aku, andai rindu menyapa heningmu
 Di kediaman senja, ada rupa yang terpasung dalam mata; hadirlah meski sesingkat senja. Agar penantianku tak sia-sia
 hujan menabahkan kita, sebagai sepasang ingatan yang tak ingin hilang, menjelma air mata yang menggenang
 Di ufuk hati, pada senja kurenungkan diri. Inginku tenggelamkan rindu; semu, seiiring malam datang mengganti cahaya baru
 Barangkali aku tak ingat tadi pagi, mengecup hati rindu sewaktu pergi. Biarlah kupuisikan cinta di hati, dalam beranda maya kutulisi
 Jika kau ingin terjatuh, jatuhlah dalam hatiku, sebab di hatiku; bahagia sudah ku ramu
 Di kelam malam, larut hati dalam kesunyian. Sebab, kesendirian kenyataan; setia sepi menjadi teman
 Kuharap cinta itu; kamu? Sebagaimana pinta dalam doa’ku. Dengan alasan yang satu; cinta dalam jalan Tuhan, bukan nafsu yang di ajarin setan
 jika kau ingin cinta, menetaplah dalam hatiku. Di sana tlah kusiapkan pelaminan biru, menyandingmu dalam cinta nan haru
 Dalam penantian, sepi memalung kesendirian. Hanya wajah kelam kelihatan, bersama senja yang akan tenggelam
 Dan puisiku masih tentang kau, rumah kenang yang menyambangi kata-kata, dalam candu syair rindu
 Dalam selimut pekat langit, antara masa lalu dan sketsa baru. Aku memilih mengejar waktu, tanpa melihat lagi punggung bayanganmu
 Berhentilah kau menjadi bayangan, karna semu tak ingin kuharapkan. Dan nyata tak ingin ku khayalkan, sebab angan belum tentu jadi harapan
 Barangkali rindu nama panggilan setia. Sebab, ia tlah lumrah di panggil siapa saja
 Ketahuilah cinta, rinduku hanya sementara. Sebab aku betah duduk bersanding denganmu dinda, bukan butuh merindumu saja
 Barangkali rindu nama panggilan setia. Sebab, ia tlah lumrah di panggil siapa saja
 Aamiin, ialah ucap yang kurindu dalam sholatku. Kelak kutemu, kekasih yang merindu ucapan kata; doa itu di belakangku


 sumber klik disini

0 komentar:

Posting Komentar