Obyek Wisata “GOA HARIMAU”
Goa Harimau terletak di desa Padang Bindu Kecamatan Semidang Aji Kabupaten OKU, berjarak kira-kira 35 KM dari kota Baturaja. Untuk menuju goa harimau harus menyebrangi sungai ogan melalui jembatan gantung tua, kemudian menelusuri jalan setapak sejauh 4 KM melewati Sungai Haman (Aek Haman).
Sebanyak 35 kerangka manusia kuno dari
Ras Mongoloid berhasil ditemukan dimulut goa harimau oleh Tim penelitian
arkeologi nasional (Puslit Arkenas) Kementrian Kebudayaan dan
Pariwisata RI. Kerangka manusia yang ditemukan tidak lagi termasuk dalam
kategori manusia purba melainkan manusia kuno. Dikategorikan manusia
kuno mengingat secara fisik bentuknya seperti manusia modern. Kemudian
mereka juga sudah mengenal senjata yang dibuat dari batu, makanya juga
sudah omnivora.
Menurut analisi Tim Puslit Arkenas
kerangka manusia yang ditemukan di goa harimau termasuk dalam ras
mongoloid karena adanya ciri-ciri morfologi yang ditemukan yaitu :
bentuk tengkorak yang meninggi dan membundar (brachy cephal) dan bagian
tengkorak belakang yang datar. Selain itu juga ada ciri morfologi gigi
seri berbentuk orbit mata, kedalaman tulang hidung (nasal) serta postur
tulang dan tubuh mereka yang khas mongoloid.Selain fosil, para arkeolog
juga menemukan benda-benda bernilai sejarah tinggi seperti gerabah, biji
kemiri yang telah menjadi fosil, batu pemukul serta beliung batu.
Diperkirakan perabadan di goa harimau berasal dari 2000-3500 tahun yang
lalu.
Obyek Wisata “LESUNG BINTANG”
Baturaja sebuah kota yang menyimpan
banyak sejarah dan memiliki banyak potensi wisata yang bisa dimanfaatkan
sebagai pendapatan Daerah salah satunya adalah objek wisata yang cukup
bagus dan menarik untuk dikunjungi dan tempatnya juga tidak terlalu jauh
dari pusat kota Baturaja. Nama tempat itu adalah Objek Wisata “LESUNG
BINTANG” yang terletak di Desa Laya Kecamatan Kecamatan Baturaja Barat
Kabupaten OKU.
Mungkin Banyak Yang tidak mengetahui apa
itu Lesung Bintang karena Lokasi lesung bintang sendiri berada di
daerah perbukitan yang tinggi.
Dulu Lesung Bintang berbentuk segi
delapan persis berbentuk bintang yang di tengah-tengahnya terdapat
lubang yang menyerupai Lesung. Lesung Bintang merupakan peninggalan dari
marga Bindung Langit Lawang Kulon sebagai asal mula Baturaja. Selain
Lesung Bintang ada beberapa peninggalan sejarah lainnya dari bagian
Lesung Bintang di antaranya Batu Berukir (berbentuk sendi dan peta
wilayah) dan Batu berbentuk tapak kaki.
Obyek Wisata “GOA PUTRI”
Letak Goa Putri sangat mudah dicapai,
karena letaknya yang tidak jauh dari jalan raya utama lintas Baturaja
Prabumulih-Palembang. Di jalan masuk kearah Goa Putri, terdapat sebuah
jembatan besi di atas Sungai Ogan dan ada papan penunjuk arah ke Goa
Putri dengan tulisan Objek Wisata Goa Putri.
Di atas jembatan Anda bisa melihat
aktivitas masyarakat desa sedang mencuci dan mandi di sungai tersebut,
namun ada salah satu yang menarik di sungai tersebut, yakni adanya
sebuah batu yang seolah “tumbuh” di tengah sungai. Batu tersebut kini
mulai ditumbuhi rerumputan yang menutupi bentuk aslinya. Konon menurut
cerita yang berkembang di masyarakat, batu inilah yang dikisahkan dalam
legenda sang Putri Balian itu yang dikutuk menjadi batu oleh seorang
sakti mandraguna di zaman itu yang bernama Si Pahit Lidah.
Tidak jauh dari sungai tersebut,
kira-kira 1 km, Anda bisa menemukan sebuah Goa yang oleh penduduk
setempat disebut Goa Selabe atau yang sekarang disebut Goa Putri.
Panjang Goa iru lebih dari 150 meter dan masih sangat alami serta tidak
tembus, artinya kita harus kembali melalui jalan masuk bila akan keluar.
Goa ini belum dipasangi listrik hanya bagian depan saja yang sudah
dipasangi listrik, sehingga pengunjung yang datang melihat Goa Putri
tidak bisa singgah hingga ke dalam.
Tidak bisa dipastikan kapan Goa ini
ditemukan, tapi menurut cerita yang berkembang, memang goa itu sudah ada
sejak dulu dan masyarakat sekitar menyebutnya Goa Putri yang dalam
bahasa setempat disebut Susumen Dusun. Susumen berarti goa dan dusun
berarti desa, jadi karena goa itu begitu besar maka masyarakat desa
setempat menyebutnya goa desa.
Menurut legenda yang dipercaya sampai
sekarang, dulu tinggallah seorang Putri Balian bersama keluarganya.
Suatu saat, sang Putri mandi di muara Sungai Semuhun (sungai yang
mengalir di dalam goa, bermuara di sungai Ogan), persis pada pertemuan
sungai itu dengan sungai Ogan.
Pada suatu saat, kebetulan seorang
pengembara sakti lewat, namanya Serunting Sakti atau yang lebih dikenal
dengan nama Si Pahit Lidah. Melihat Sang Putri di sungai hendak mandi,
Si Pahit Lidah mencoba menegur. Namun tidak dipedulikan sama sekali oleh
Sang Putri. Sampai beberapa kali Si Pahit Lidah menegur Sang Putri,
tetap saja tidak dihiraukan oleh Sang Putri. “Sombong benar si Putri
ini, diam seperti batu saja…,” kata Si Pahit Lidah menggumam. Gumaman
itu langsung mengenai Sang Putri, sehingga serta merta Sang Putri
berubah menjadi batu. Itulah batu yang terdapat di Sungai Ogan, seperti
yang digambarkan pada awal tulisan ini.
Si Pahit Lidah lalu meneruskan perjalanannya. Tak disangka sampailah sang pengembara di depan lokasi yang sekarang menjadi goa. “Katanya ini desa, tapi tidak kelihatan orangnya, seperti goa batu saja,’ kata Si Pahit Lidah bergumam. Dan jadilah tempat itu sebagai goa batu. Itu legenda terjadinya Goa Putri.
Si Pahit Lidah lalu meneruskan perjalanannya. Tak disangka sampailah sang pengembara di depan lokasi yang sekarang menjadi goa. “Katanya ini desa, tapi tidak kelihatan orangnya, seperti goa batu saja,’ kata Si Pahit Lidah bergumam. Dan jadilah tempat itu sebagai goa batu. Itu legenda terjadinya Goa Putri.
Memasuki Goa Putri, banyak keindahan
alam ciptaan Tuhan yang menakjubkan dapat Anda saksikan. Bagaikan
perunggalan kerajaan pada zaman dahulu yang telah runtuh namun masih
utuh. Dinding goa yang dipenuhi stalagmit dan stalagtit menambah
indahnya goa tersebut. Pada pintu masuk dapat Anda lihat patung seekor
singa yang seolah-olah sedang orang di sana, jika Anda mencuci muka
dengan air tersebut bisa menjadi awet muda, kulit muka tidak kelihatan
tua.
Kisah tentang Goa Putri ini memang penuh
misteri, entah kapan bisa terungkap. Mungkin hanya keajaiban alam biasa
seperti kata seorang antropolog dari Bandung yang pernah melakukan
studi di sini. Dia menyatakan bahwa Goa Putri dan kawasan sekitarnya
adalah bekas lautan luas berusia 350 tahun sebelum masehi. Yang menjadi
goa itu hanyalah sebuah batu karang. Wallahu alam…
Si Pahit Lidah
Si Pahit Lidah
Siapa sebenarnya Si Pahit Lidah itu?
Kalau Anda pernah menonton film yang dibintangi Advent Bangun sebagai
pemeran Si Pahit Lidah, tentu Anda akan tahu mengenai legenda Si Pahit
Lidah. Mengapa setiap kata-kata yang keluar dari lidahnya begitu
“manjur” sehingga orang pun bisa berubah menjadi batu, atau desa menjadi
goa batu.
Dari mana asal muasalnya Si Pahit Lidah?
Sang jagoan sebenarnya hanya seorang pembantu yang bekerja pada seorang
Kiai sakti. Setelah sekian lama bekerja pada Kiai, ia lalu berkeinginan
minta ilmu kepadanya. “Tolonglah Pak Kiai, kalau ada ilmu bagi-bagilah
sama saya,” kata lelaki itu kepada Pak Kiai. Suatu saat, Pak Kiai juga
bosan berkali-kali mendengar permintaan itu. Karena lelaki itu juga
sudah ingin pulang ke kampung halamannya, maka dipanggillah lelaki muda
itu untuk menghadap Pak Kiai.
Kemudian Pak Kiai meminta lelaki itu untuk membuka mulutnya. Pada saat mulutnya dibuka, Pak Kiai lalu membuang ludah ke dalamnya. “Kamu katanya minta ilmu, ya itulah ilmu yang saya kasih, sekarang kamu boleh pulang’, kata Pak Kiai. Nah kesaktian lelaki itu kemudian ternyata terletak pada lidahnya. Kata-kata yang keluar dari lidahnya itu sungguh berbahaya, semuanya bisa terjadi.
Kemudian Pak Kiai meminta lelaki itu untuk membuka mulutnya. Pada saat mulutnya dibuka, Pak Kiai lalu membuang ludah ke dalamnya. “Kamu katanya minta ilmu, ya itulah ilmu yang saya kasih, sekarang kamu boleh pulang’, kata Pak Kiai. Nah kesaktian lelaki itu kemudian ternyata terletak pada lidahnya. Kata-kata yang keluar dari lidahnya itu sungguh berbahaya, semuanya bisa terjadi.
Si Pahit Lidah juga mempunyai teman yang
sakti, namanya dikenal dengan Nenek (Kakek-Red) bermata empat atau
Puyang Mata Empat. Keduanya ingin mengadu kesaktian dengan memilih
tempat di sekitar Danau Ranau. Keduanya juga sepakat dengan cara saling
ditimpa dengan buah aren, persis di bawah pohon aren. Yang pertama duduk
di bawah pohon aren adalah Nenek Bermata Empat dan Si Pahit Lidah naik
ke atas pohon aren dan memotong serangkaian buah aren. Begitu rangkaian
buah aren jatuh persis di atas ubun-ubun kepala, Nenek Bermata Empat
dengan mudah mengelak, karena ia bermata empat. Kendati Si Pahit Lidah
marah-marah, tetapi ia tetap harus menghormati perjanjian dan
kesepakatan yang telah dibuat.
Giliran Si Pahit Lidah duduk di bawah
pohon aren dan Nenek Bermata Empat naik ke atas pohon aren untuk
memotong buah aren. Begitu tangkaian buah aren dipotong, rangkaian buah
itu jatuh persis di atas kepala Si Pahit Lidah. Tanpa bisa mengelak,
karena Si Pahit Lidah tidak bisa memprediksi saat jatuhnya rangkaian
buah aren itu, lelaki itu akhirnya mati konyol. Karena penasaran, Nenek
Bermata Empat ingin mengetahui lebih jauh mengapa sang jagoan bergelar
Si Pahit Lidah, lalu ia mencicipi lidahnya. Dan apa yang terjadi?
Sekonyong-konyong Nenek Bermata Empat pun langsung mati karena lidah Si
Pahit Lidah mengandung kesaktian.
Kabarnya makam Si Pahit Lidah ada di
hutan di kawasan Danau Ranau. Sayangnya tak banyak orang tahu tentang
ini termasuk warga setempat.
sumber klik disini
0 komentar:
Posting Komentar