Barangkali aku lupa menuliskan namamu; dalam puisiku, hingga rindu menjadi nomor satu. Setelahnya cinta menjadi spasi dalam puisi itu
Kata Mutiara Rindu
|
Kekasih? Di tepian dermaga duka, aku menantimu tiada jera. Sebab aku pemuja setia, meski bayangmu tak merupa.
|
Seiring
malam yang berdiam, larut kata-kata dalam ucapan. Dari sekian kata yang
ingin kusampaikan, hanya satu kata “rindu” yang tertuliskan
|
Rindu,
harus berapa lama aku menunggu? Sejak temu menjadi buaian semu, dan sua
belum bertatap mata. Hingga kini kau menjadi rindu semata
|
aku
merasakannya cinta, meski rasa kau curah dalam puisi kelana. Kuharap
rindu kita semata, dalam cinta yang di ridhoi Tuhan kita
|
Kelam
disetiap sudut, seperti hatiku yang terasa kelabu. Malam ini hujan
turun diantara isakku, aku tak tahu tentang apa yang kusebut rindu
|
Aku lelah, aku ngantuk. Biarkanku lena di pangkuanmu, lelap dalam dekapmu. Bangunkan aku, andai rindu menyapa heningmu
|
Di kediaman senja, ada rupa yang terpasung dalam mata; hadirlah meski sesingkat senja. Agar penantianku tak sia-sia
|
hujan menabahkan kita, sebagai sepasang ingatan yang tak ingin hilang, menjelma air mata yang menggenang
|
Di ufuk hati, pada senja kurenungkan diri. Inginku tenggelamkan rindu; semu, seiiring malam datang mengganti cahaya baru
|
Barangkali
aku tak ingat tadi pagi, mengecup hati rindu sewaktu pergi. Biarlah
kupuisikan cinta di hati, dalam beranda maya kutulisi
|
Jika kau ingin terjatuh, jatuhlah dalam hatiku, sebab di hatiku; bahagia sudah ku ramu
|
Di kelam malam, larut hati dalam kesunyian. Sebab, kesendirian kenyataan; setia sepi menjadi teman
|
Kuharap
cinta itu; kamu? Sebagaimana pinta dalam doa’ku. Dengan alasan yang
satu; cinta dalam jalan Tuhan, bukan nafsu yang di ajarin setan
|
jika kau ingin cinta, menetaplah dalam hatiku. Di sana tlah kusiapkan pelaminan biru, menyandingmu dalam cinta nan haru
|
Dalam penantian, sepi memalung kesendirian. Hanya wajah kelam kelihatan, bersama senja yang akan tenggelam
|
Dan puisiku masih tentang kau, rumah kenang yang menyambangi kata-kata, dalam candu syair rindu
|
Dalam
selimut pekat langit, antara masa lalu dan sketsa baru. Aku memilih
mengejar waktu, tanpa melihat lagi punggung bayanganmu
|
Berhentilah
kau menjadi bayangan, karna semu tak ingin kuharapkan. Dan nyata tak
ingin ku khayalkan, sebab angan belum tentu jadi harapan
|
Barangkali rindu nama panggilan setia. Sebab, ia tlah lumrah di panggil siapa saja
|
Ketahuilah cinta, rinduku hanya sementara. Sebab aku betah duduk bersanding denganmu dinda, bukan butuh merindumu saja
|
Barangkali rindu nama panggilan setia. Sebab, ia tlah lumrah di panggil siapa saja
|
Aamiin, ialah ucap yang kurindu dalam sholatku. Kelak kutemu, kekasih yang merindu ucapan kata; doa itu di belakangku
|
sumber klik disini
0 komentar:
Posting Komentar