Pakaian adat Sumatera Selatan sangat terkenal dengan sebutan Aesan gede yang melambangkan kebesaran, dan pakaian Aesan paksangko yang melambangkan keanggunan masyarakat Sumatera Selatan. Pakaian adat ini biasanya hanya digunakan saat upacara adat perkawinan.
Dengan pemahaman bahwa upacara perkawinan ini merupakan upacara besar. Maka dengan menggunakan Aesan Gede atau Aesan Paksangko sebagai kostum pengantin memiliki makna sesuatu yang sangat anggun, karena kedua pengantin bagaikan raja dan ratu.
Pembeda antara corak Aesan Gede dan
Aesan Paksongko, jika dirinci sebagai berikut; gaya Aesan Gede berwarna
merah jambu dipadu dengan warna keemasan. Kedua warna tersebut diyakini
sebagai cerminan keagungan para bangsawan Sriwijaya. Apalagi dengan
gemerlap perhiasan pelengkap serta mahkota Aesan Gede, bungo cempako,
kembang goyang, dan kelapo standan. Lalu dipadukan dengan baju dodot
serta kain songket lepus bermotif napan perak.
Pada Aesan Paksangkong. Bagi laki-laki menggunakan songket lepus bersulam emas, jubah motif tabor bunga emas, selempang songket, seluar, serta songkok emeas menghias kepala. Dan bagi perempuan menggunakan teratai penutup dada, baju kurung warna merah ningrat bertabur bunga bintang keemasan, kain songket lepus bersulam emas, serta hiasan kepala berupa mahkota Aesan Paksangkong. Tak ketinggalan pula pernak-pernik penghias baju seperti perhiasan bercitrakan keemasan, kelapo standan, kembang goyang, serta kembang kenango.
Rumah Adat Sumatera Selatan
Rumah Limas merupakan prototipe rumah tradisional Palembang. Selain ditandai dengan atapnya yang berbentuk limas, rumah tradisional ini memiliki lantai bertingkat tingkat yang disebut Bengkilas dan hanya dipergunakan untuk kepentingan keluarga seperti hajatan. Para tamu biasanya diterima diteras atau lantai kedua.
Kebanyakan rumah limas luasnya
mencapai 400 sampai 1000 meter persegi atau lebih, yang didirikan diatas
tiang-tiang dari kayu unglen atau ulin yang kuat dan tanah air.Dinding,
pintu dan lantai umumnya terbuat dari kayu tembesu. Sedang untuk rangka
digunakan kayu seru. Setiap rumah terutama dinding dan pintu diberi
ukiran. Saat ini rumah limas sudah mulai jarang dibangun karena biaya
pembuatannya lebih besar dibandingkan membangun rumah biasa. Rumah limas
yang sering dikunjungi oleh wisatawan adalah milik keluarga Bayuki
Wahab di Jl. Mayor Ruslan dan Hasyim Ning di Jl. Pulo, 24 Ilir,
Palembang. Namun hampir ditiap pelosok kota terdapat rumah limas yang
umumnya sudah tua, termasuk sebuah rumah limas di museum Balaputra Dewa.
sumber klik disini
Postingan yang menarik dan Nice Artikel bos.
BalasHapus